Langsung ke konten utama

Lomba Menulis di Blog

 

KBM DARING ANTI GARING

Oleh: Muslimin,S.Pd. *)

 

            Kemerdekaan dan pendidikan adalah simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan. Pendidikan adalah salah satu cara untuk meraih kemerdekaan. Bangsa yang merdeka mampu membangun pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang merdeka memercepat peningkatan sumber daya manusia unggul suatu bangsa. Suasana kemerdekaan akan menjamin kelangsungan pendidikan terlaksana secara aman, terarah, dan bermasa depan penuh kemajuan dan kejayaan.

            Dalam usia kemerdekaan ke-75, perkembangan dan kemajuan pendidikan di Indonesia memang masih banyak terdapat kekurangan. Hal ini bisa dilihat dari indeks sumber daya manusia Indonesia yang belum beranjak dari urutan rendah dibanding negara-negara di wilayah Asean atau Asia. Namun demikian, noktah-noktah keunggulan pendidikan Indonesia mulai muncul secara signifikan. Adanya para siswa atau mahasiswa, para guru atau dosen, yang berprestasi di tingkat nasional, bahkan internasional, memberi harapan besar bahwa pendidikan Indonesia akan sejajar atau bahkan terdepan di antara negara-negara lain di dunia.

            Menata pendidikan di Indonesia menjadi lebih bermartabat tidaklah seperti membalik telapak tangan. Namun yang menggembirakan dan menghebatkan adalah kesadaran rakyat dan bangsa Indonesia untuk membangun pendidikan. Dalam sejarah pendidikan, sejak zaman dulu rakyat Indonesia berikhtiar memajukan pendidikan tanpa menunggu uluran tangan pemerintah. Hal ini tampak dari berbagai lembaga pendidikan bentukan rakyat baik lewat perorangan maupun organisasi kemasyarakatan (ormas). Lembaga-lembaga itu berdiri dan beroperasi secara mandiri tetapi tetap kokoh menghadapi tantangan zaman.  Jika hal tersebut dioptimalkan dengan kesungguhan dan keajegan yang pasti, kebijakan pemerintah yang memihak dan mendorong pendidikan menjadi lebih melejit, kiranya pendidikan di Indonesia akan menebar harum kesuksesan.

            Mengelola pendidikan memang tidak terlepas dari berbagai belenggu permasalahan. Masalah-masalah yang pelik dan delik selalu menjadi menu sehari-hari dalam perjalanan pengelolaan. Di awal tahun 2020, pendidikan Indonesia sudah merancang program dan harapan yang mencerahkan. Namun apa daya, muncullah pandemi global, virus corona/covid-19, yang meluluhlantakkan peradaban dunia. Pendidikan Indonesia pun tidak lepas dari imbasnya. Sekolah-sekolah ditutup, kegiatan belajar-mengajar ditiadakan, diganti dengan kegiatan belajar-mengajar secara daring dan luring, dengan berbagai masalah tambahan yang perlu mendapat perhatian dan perseriusan.

            Beruntunglah, bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan hebat. Bangsa yang sudah tertempa berbagai tantangan dan halangan sehingga mampu keluar dari berbagai krisis yang melanda. Pemerintah Indonesia bersama rakyat, utamanya insan-insan pendidikan yang peduli dan mumpuni, bahu-membahu menghidupkan pendidikan Indonesia agar tetap eksis dalam keadaan terjepit tetapi mampu bertahan. Segala fenomena pasti ada hikmahnya, adanya covid-19 pasti ada mutu manikam kebajikan bagi dunia pendidikan untuk berikhtiar. Berbagai lembaga pendidikan akhirnya banyak memilih kegiatan belajar-mengajar secara online untuk menghindari penularan covid-19 yang masih menghantui pada setiap insan belajar, baik pendidik atau para siswa. Pemerintah beserta para ahli menciptakan segala perangkat dan regulasi pembelajaran online agar aktivitas pendidikan tetap bertahan.

            Lalu, apa yang terjadi? Dalam realitasnya, muncul lagi seabreg masalah dari dampak pembelajaran online. Para orang tua mengeluhkan belanja paket yang mahal, para siswa bingung dengan materi dan tugas-tugas yang tidak jelas, para guru merasa seperti jengah karena dianggap makan gaji buta, dan sebagainya. Baiklah, kiranya masalah-masalah itu bisa diurai satu per satu, sehingga tidak membelit dan menikung jalannya pendidikan. Hal utama yang perlu diperhatikan adalah bagaimana agar pembelajaran online bisa efektif dan menyenangkan. Uraian berikutnya bersarkan aksi nyata kami di SMP Islam Tikung Lamongan, Jawa Timur.

            Pertama, dalam WA grup tiap kelas, setiap hari kami awali dengan absensi dilanjutkan dengan pernyataan motivasi agar setiap siswa terdorong untuk tetap bersemangat belajar. Durasi waktu pembelajaran tidak terlalu lama, pukul 07.30-08.30 diisi dengan sholat dhuha, membaca surat al-waqi’ah, dilanjutkan dengan baca-tulis Al-Qur’an. Pukul 08.30-09.30, pemberian materi dan tugas, dengan format yang singkat dan padat, tidak banyak menghabiskan pulsa siswa. Memang tidak setiap siswa bisa tanggap dan sigap mengikuti kegiatan. Oleh karena itu para guru dengan sabar menunggu apabila ada tugas yang terlambat disetorkan.

            Kedua, peran wali kelas sangat penting dalam kegiatan ini. Wali kelas memantau hampir 24 jam, karena ada saja siswa yang membutuhkan bimbingan dan arahan. Wali kelas diinstruksikan bertutur kata yang menyemangati dan menyantuni setiap keluh kesah siswa yang bersangkutan. Bila ada masalah yang perlu dibicarakan dengan orang tua, wali kelas berkunjung ke rumah siswa secara bergantian.

            Ketiga, setiap dua minggu sekali para siswa masuk kelas dengan protocol kesehatan yang ketat. Durasinya pun hanya satu jam, dalam kegiatan ini wali kelas mengecek dan merekap tugas-tugas yang dikerjakan siswa. Para siswa diberi kesempatan untuk bertanya jawab tentang masalah-masalah yang dihadapinya.

            Keempat, dalam situasi pandemic seperti ini dengan pembelajaran online sebagai solusinya, para guru tidak terlalu menuntut agar siswa memeroleh hasil yang maksimal. Ada banyak hal yang bisa digunakan sebagai tolok ukur penilaian. Dengan jumlah waktu lebih banyak di rumah, keaktifan siswa melakukan aktivitas ibadah dan sosial, khususnya kepada orang tua, apresiasi yang tinggi kepada para siswa, adalah hal yang menyenangkan dan menyamankan untuk siswa. Implikasinya, imun siswa terjaga dan terbebas dari virus corona covid-19.

            Begitulah senyatanya, semoga bermanfaat. Merdeka belajar, merdeka dan bebas dari virus corona!

 

*) Penulis adalah Staf Pengajar SMP Islam Tikung, Jalan Raya Mantup 96 Tikung 62281 Lamongan Jatim, bisa dihubungi lewat SMS/WA: 085 804 405 466

 

 

             

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

puisi-puisi new normal

  PUISI-PUISI NEW NORMAL   SECANGKIR KOPI   Secangkir kopi mencoba meruntuhkan suntuk saya. Suntuk seakan tak berkesudahan menggelisahi virus corona. Secangkir kopi bersedia memahitkan dirinya dan bercengkerama dengan kepahitan hidup saya.   Matahari merambat pelan, setia dengan kodrat yang diembannya. Setiap hari, tanpa kenal letih. Apakah kepahitan hidup saya lebih berat daripada tugas matahari?   Secangkir kopi mencoba mendekat ke matahari: ada kehangatan dan kegairahan. Begitulah hidup, sepahit apa pun ujungnya adalah kemenangan yang nunut. Begitu jua virus corona: ada masa beringsut sebentar lekas puput, hidup normal kembali, meniti hari-hari menuju Ridho Ilahi   Secangkir kopi yang diseruput memudarkan gelisah yang akut virus corona akan larut bersama embun pagi       BULAN PURNAMA   Tadi malam bulan purnama mengajakku dan teman-temanku Bermain sembunyi di halaman rumah Hampir empat bulan rembulan sembunyi Gegara corona
  PANDEMI COVID-19: PEMBELAJARAN YANG BERMAKNA Oleh: Muslimin,S.Pd.               Pandemi   menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia adalah wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas. Pandemi adalah keadaan khas dunia yang sudah ada sejak dahulu kala. Pandemi di Indonesia misalnya, pernah terjadi pada tahun 1930-an yang disebut flu Spanyol. Dalam catatan sejarah, pandemi ini telah merenggut puluhan ribu nyawa. Apalagi masa itu Indonesia masih di bawah cengkeraman penjajah Belanda. Segalanya penuh keterbatasan, mulai dari obat-obatan hingga penanganan korban. Konon kabarnya banyak mayat bergelimpangan membusuk, tidak ada yang memulasara, karena sebagian besar warga terjangkiti dan tidak sanggup merawat jenazah.             Awal 2020 datanglah pandemi yang hampir meluluhlantakkan segalanya: peradaban dunia, ekonomi, budaya, kesehatan, dan sebagainya. Ia disebut covid-19, atau biasa disebut corona. Indonesia pun tidak luput dari pandemi ini.