PUISI-PUISI
NEW NORMAL
SECANGKIR
KOPI
Secangkir
kopi mencoba meruntuhkan suntuk saya. Suntuk seakan tak
berkesudahan
menggelisahi virus corona. Secangkir kopi bersedia memahitkan
dirinya
dan bercengkerama dengan kepahitan hidup saya.
Matahari
merambat pelan, setia dengan kodrat yang diembannya. Setiap hari,
tanpa
kenal letih. Apakah kepahitan hidup saya lebih berat daripada
tugas
matahari?
Secangkir
kopi mencoba mendekat ke matahari:
ada
kehangatan dan kegairahan. Begitulah hidup,
sepahit
apa pun ujungnya adalah kemenangan
yang
nunut. Begitu jua virus corona:
ada
masa beringsut sebentar lekas puput, hidup normal
kembali,
meniti hari-hari menuju Ridho Ilahi
Secangkir
kopi yang diseruput
memudarkan
gelisah yang akut
virus
corona akan larut bersama embun pagi
BULAN PURNAMA
Tadi
malam bulan purnama mengajakku dan teman-temanku
Bermain
sembunyi di halaman rumah
Hampir
empat bulan rembulan sembunyi
Gegara
corona menabir cahayanya
Kami
melingkar membalik tangan
Satu
temanku sebagai penjaga, yang lainnya bersembunyi
Di
rimbun pohonan atau sentongan
Kami
tidak takut larut menjelang
Bulan
tersenyum menghampiri, menemani
Kadang
memeluk dalam keriangan
Cahayanya
mengalahkan mata setan
Wahai
sang penjaga nlingkaran
Carilah
kami sampai ujung dunia
Kami
selalu waspada
Menjaga
jarak dan hati-hati tentukan arah
Jika
kau temukan kami, lalu membalik telapak tangan
Menentukan
sang penjaga bergantian
Dengan
setia mengumpulkan kami kembali
Mengutuhkan
persaudaraan
Bulan
purnama semakin bercahaya
Selipkan
senyum pada bibirnya
Mengabarkan
virus corona covid-19 segera berlalu
Menguatkan
kami menyongsong hidup baru
KEPADA MURID-MURIDKU
Membersamaimu
adalah lagu yang kurindu
Membersamaimu
adalah laku manis yang kutempuh
Membersamaimu
adalah lampu yang kusuluh
Membersamaimu
adalah gayuh yang kutuju
Namun
aku bukanlah serba tahu
aku
bukanlah sempurna perilaku
aku
hanyalah antara cita-citamu
aku
hanyalah usaha jadi panutmu
doa-doaku
sertaimu
jadilah
maafmu bagai perisaimu
jadilah
senyummu tawar dukamu
jadilah
ilmu bagi bekalmujadilah tunduk bagi hambamu
Maafkanlah
diriku
Kadang
marahku adalah kasih saying
Seekor
induk murai batu mengawasi anaknya
Gunakan
hati dan akalmu
Berpadu
dalam orkestra hidupmu
KEMUNING
DALAM ZIKIRKU
Kemuning
mekar menguning
Angin
rantau yang terik menerbangkan prihatin
Kemarau
keronta menjabat ingin
Sanggupkah
tanganmu menarikku ke harum
putikmu
ketika matahari
terik
di ubun-ubun
aku
menyusuri jalan
kerontang
tanpa berisik
Kerikil
dan debu
menemaniku
tanpa
berbisik
Hidupku
bercengkerama
dengan
kekalahan dan kesalahan
Pada
derai daunnya
kuingin
kecup bening embunnya
Saat
cabang ranting
pohon
patah dan garing,
daun
tergotes luruh kering
kemuning
semerbak dalam hening
Pada
luka rerantingnya
semerbak
bebunga
Kemuning
manja di kemarau
Kemuning
manja di kalbu
Manja
dalam kemarau
Zikirku
SAMUDERA
BUKU
Sesiangan
ini mendung pucat memburu
buku-buku
membisu
nyaris
rapuh memudar kata-kata
sandaran
alibiku dan berteduh
tak
jua kupahami
adab-Nya
Buku-buku
menyegara
tak
jua kuselami dalamnya
hanya
sekadar selfi pantainya
senja
mentari menyurup kembali
Sesiangan
ini mendung pucat membeku
pohon
mengkudu disinggahi prenjak beradu
batang
beludru merambat wujud
buku-bukuku
menyegerai
sadarku
bacalah
tulislah
meski
sekadar titik
pasrahmu
Bumi
Delik, 8 Agustus 2020
Penulis : Muslimin,S.Pd.
Alamat
Dinas : SMP Islam Tikung
Lamongan
Nomor
HP/WA : 085804405466
Motto : Selalu berusaha membaiki
diri dan mendirikan kebaikan
@
Menulis puisi sebagai sarana refleksi diri @
Puisinya sangat bagus dan bermakna
BalasHapus